Hari Saraswati dan Banyu Pinaruh


 HARI SARASWATI DAN BANYU PINARUH


HARI SARASWATI dan SANG DEWI KEBIJAKSANAAN.

Hari Saraswati yang jatuh pada hari Sabtu (Saniscara) Umanis wuku Watugunung,
dirayakan sebagai hari pawedalan Hyang Aji Saraswati, hari turunnya ilmu
pengetahuan suci. Perayaan ini dilaksanakan sebagai ungkapan puji syukur dan
puja kepadanya-Nya atas diturunkannya ilmu pengetahuan suci bagi umat manusia;
disamping memohon kelanggengan ilmu pengetahuan dan dapat berjaya di bidang
Iptek.
Pada malam harinya, dilaksanakan "sambang samadhi" dan pembacaan lontar,
pustaka, kitab-kitab suci dengan harapan dapat menemukan Saraswati didalam
diri.

Dewi Saraswati adalah Shakti dari Dewa Brahma, patheon Hindu sebagai
personifikasi Hyang Widdhi dalam penciptaan. Didalam Weda, Dewi Saraswati
disebut sebagai Dewi Kebijaksanaan dan Dewi Sungai. Dalam Purana dan
Itihasa-lah Dewi Saraswati disebut-sebut sebagai Shakti dari Brahma.

Kata Saraswati berasal dari urat kata Sanskerta 'sr', yang berarti mengalir.
Dalam Rg Weda V.75.3. beliau disebut sebagai Dewi Sungai, disamping Gangga,
Yamuna, Susoma dan lain lain. Dalam pengarcaan (ikonografi), beliau
digambarkan sebagai seorang Dewi cantik berkulit putih bersih, dengan prilaku yang lemah lembut. Busana putih gemerlapan dikenakan-Nya, bersinggasanakan padma (teratai). Beliau juga digambarkan bertangan 4, yang masing-masing memegang Wina (kecapi), Aksamala (tasbih), Damaru (kendang kecil), dan Pustaka suci.

Angsa (Hamsa) dan Merak seringkali menjadi wahana dan atribut simbolis dalam
pengarcaan. Ia merupakan motif yang amat populer dalam tradisi simbolis Hindu.
Ia dapat dilihat sebagai ragam hias, penghias lampu-lampu minyak yang
digunakan di pura-pura, mandir-mandir dan di rumah-rumah penduduk India.
Angsa, juga mempunyai keterkaitan yang khusus dengan filsafat Advaita, yang
dicetuskan oleh Sri Sankaracarya. Para Guru Agung dalam tradisi Advaita juga
disebut dengan Paramahamsa, para Angsa nan Agung.

Seperti juga angsa-angsa yang berenang seharian di telaga tanpa membasahi
bulu-bulunya, demikian pula para Advaita-Vaidantin, diharapkan hidup
biasa-biasa saja di dunia ini, namun tak terombang-ambing oleh pasang-surut
duniawi. Ia juga melambangkan penguasaan Viveka yang baik serta Vairagya yang
sempurna, angsa dapat memilih dan memilah serta menyarikan susu dari lumpur.
Ini adalah substansi yang amat esensial bagi seorang Advaitin, oleh karenanya
pula ia melambangkan 'Jivanmukti', beliau yang telah mencapai 'Kebabasan
Mutlak' sementara masih dalam jasad manusia.
Demikianlah Angsa, meyimbulkan kebijaksanaan dan pengetahuan suci, sedang
merak melambangkan keindahan dan keangunan dari pengetahuan itu sendiri.

Sarasvati juga disebut dengan 'Sarada' (yang menganugrahkan sari kehidupan),
'Wagisari' (dewi kebijaksanaan dan wacana), 'Bharati' (kebudayaan luhur atau
pelaksana tapa-brata yang sempurna) disamping 'Brahmi' (Shakti Brahma) dan
Savitri serta sebutan lainnya.

Sebagai Dewi Wagisari, pada suatu ketika, beliau ditugaskan untuk mengalihkan
permohonan Kumbhakarna - raksasa pertapa adik Rahwana - oleh sidang para dewa.
Permohonan Kumbhakarna terlampau berat dan berlebihan bila dipenuhi, bagi
'soroh' Raksasa; pemenuhan itu dinyana dapat merusak konstelasi dan kedamaian
semesta. Oleh karenanyalah Dewi Wagisari ditugaskan untuk mengalihkan
permohonannya, melalui menempati lidah Kumbhakarna, ketika permohonannya
disampaikan. Menyimpang dari maksudnya semula, ketika saatnya ia menyampaikan permohonan kepada Brahma atas tapanya yang teguh, ia memohon: "Anugrahi hamba agar dapat tidur terus menerus selama bertahun-tahun". Demikian dikisahkan dalam Ramayana, terkait dengan keberadaan Saraswati sebagai Dewi Kebijaksanaan dan juga Dewi Wacana.

Tanpa pengendalian yang baik atas tutur-kata kita, oleh Kebijaksanaan dan
Kemurnian Nurani, apa yang kita ucapkan dapat berubah dari maksud semula. Tak
jarang salah dalam bertutur kata dapat berbuah dendam, permusuhan bahkan
malapetaka bagi kita. Sebaliknya, Savitri (juga nama lain dari Saraswati),
titisan Saraswati sebagai seorang putri raja yang suaminya dalam keadaan
sekarat menjelang ajal, berhasil meluluhkan hati Dewa Yama melalui
wacana-wacana berpengetahuannya. Yama-pun tak punya pilihan lain kecuali
mengabulkan segala permohonan Savitri.

Akhirnya, Setiavan - sang suami yang putra raja - itupun hidup kembali;
mewarisi singgasana sebagai penerus dinasti orang tuanya lengkap dengan 100
orang putra, mertua Savitri memperoleh kembali kerajaannya yang hilang dan
sembuh dari kebutaan yang dideritanya, dan orang tua Savitri-pun dianugrahi
100 orang putra guna meneruskan dinastinya. Itu dituturkan dengan cantiknya dalam Pativrata-Mahakamya Parva, salah-satu subparva dalam Vana Parva.

Banyu Pinaruh, Sublimasi Pengetahuan Suci.

Saraswati juga dimaknai dengan mengupayakan secara mandiri (swa) kesucian
hati, melalui "Sambang-Samadhi" serta mempelajari (membaca dan melagukan) dan merenungkan ajaran-ajaran dalam pustaka-pustaka suci semalam suntuk.

'Sambang Samadhi', diduga merupakan pergeseran pelafalan dari 'Samma/Samya
Samadhi', yang berarti 'melaksanakan tapa-brata-yoga-semadi dengan baik dan
benar'. Membaca pustaka suci semalam suntuk, lebih menyimbolkan mengamati
(membaca) dengan cermat gerak hati sendiri (swa-hati), guna pensuciaannya
serta penyelarasan antara pikiran dan ucapan. Upaya pensucian ini, lebih dipastikan dengan datangnya "Banyu Pinaruh" pada ke-esokan harinya.

Saraswati dan Banyu Pinaruh ibarat paket yang tak terpisahkan. Banyu, air,
toya, tirta merupakan air suci yang merupakan intisari 'pinaruh', 'pinaweruh'
atau pengetahuan batiniah. Dengan melaksanakan pensucian batin semalam suntuk melalu Samya Samadhi, serta disucikan dengan intisari pengetahuan suci (banyu pinaweruh), diharapkan tumbuh dan berkembangnya kebijaksanaan kita.

Jadi, dari rangkaian hari-hari Saraswati dan Banyupinaruh, diharapkan suatu
pemaknaan serta disikapi dengan 'melaksanakan tapa-brata-yoga-semadi dengan
baik dan benar, guna mensucikan dan menselaraskan pikiran, ucapan dan
perbuatan. Sadhana inilah yang memungkinkan saripati pengetahuan (Jñana)
tersublimasi menjadi Kebijaksanaan (Prajña).'

Semoga Cahaya Suci-Nya senantiasa menyinari dan menerangii hati kita semua.

Post By Media Anak Muda Bali
KGC Politeknik Pos Indonesia Bandung